Jumat, 17 Juni 2011

Belajar dari kematian

Kematianadalah peristiwa akbar yang akan menimpa siapa saja yang bernama makhlukhidup. Cepat atau pun lambat, kematian itu pasti akan tiba. Yang membedakanhanya waktu, siapa yang akan dipanggil lebih dulu dan siapa yang masihditangguhkan. Jatah untuk ke arah panggilan itu masing-masing sudah jelas.
Dalam firman-Nya Allah swt menjelaskan urut-urutan kepastian ini, yangdiawali dengan mengingatkan asal-muasal kejadian manusia sbb:
"Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari sesuatusaripati (berasal) dari tanah. Kemudian kami jadikan saripati itu air mani(yang tersimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani ituKami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpaldaging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang-belulang, lalu tulang-belulangitu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang(berbentuk) lain. Maka Maha Sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik. Kemudian,sesudah itu, sesungguhnya kamu sekalian benar-benar akan mati."(QS Al-Mu'minun: 12-15)
Kita semua ini tidak lain adalah makhluk-makhluk yang sedang pasrahmenunggu datangnya al-maut. Suka atau tidak suka. Siap atau pun tidak.Kematian akan datang juga. Mungkin nanti, besok, lusa atau bahkan setelahkita menikmati tulisan ini.
 
Lupa mati
Karena kesibukan, orang sering dibuat lupa dengan sunatullah ini. Kesibukansering mengantarkan orang lupa pada jadwal tetap yang pasti akan dialami.Kekagetan biasanya muncul setelah ada sanak-saudara atau tetangga yangmeninggal. Pada saat itu baru kembali muncul kesadaran bahwa panggilanbergilir ke alam baka masih terus berlanjut. Undangan kematian masih tatapdatang.
Anehnya, banyak informasi kematian yang diterima baik melalui televisi,majalah, maupun koran, sering tidak menggetarkan hati. Bahkan bernilaiseperti hiburan? Berita perihal kematian --yang mengerikan sekalipun--tidak ubahnya dengan berita-berita yang lain seputar kasus politik dankriminalitas. Kematian Lady Diana, misalnya, ketika peristiwa itu baruterjadi hampir seluruh masyarakat dunia turut terbelalak, menangis, histeris.Seolah tidak yakin kalau hukum kepastian ini juga berlaku untuk seorangmanusia bernama Diana. Mereka meraung dan meratap: "Ooh.. mengapaorang seperti dia harus mati. Mengapa di usia yang semuda itu harus meninggalkandunia?"
Lolongan itu justru aneh, karena lupa di balik itu masih ada jadwalpanggilan untuk dirinya juga, sudah ada di depan matanya, sudah beberapasaat lagi tiba gilirannya.
Sesungguhnya tidak ada yang istimewa dari peristiwa apapun di duniaini. Tidak pula karena wafatnya orang terkenal, pemimpin dunia, publicfigure, atau apapun namanya dengan seorang TKW yang meninggal karena teraniaya.Semuanya kembali pada perjalanan akhir yang bersangkutan, adakah nilaiiman dan taqwa di dalam hatinya. itulah bekal yang paling baik sekembalinyamanusia setelah mengarungi hidup di dunia. Taqwa itulah bekal kembali yangpaling baik setelah manusia berpulang ke alam baqa sana. Bila ada bekaltakwa berarti ada bekal yang siap dibawanya untuk 'melapor' di hadapanTuhan.
Mengapa peristiwa kematian tidak banyak mengundang kesadaran? Padahaldi sana lengkap terpampang sejumlah mayat yang bergelimpangan, juga denganuraian-uraian kejadian yang kadang didramatisir media massa sehingga nampakbegitu negerikan? Mengapa jadi demikian?
Kejadian seperti itu tidak lain karena manusia telah begitu lelah menghadapikehidupan ini. Manusia telah disibukkan oleh berbagai kegiatan mencaripenghidupan yang membuatnya lupa. Juga dipadatkan oleh masalah yang bertumpuk.Masalah itu setiap hari semakin bertambah banyak. Karena kelelahan itulahhingga informasi yang datangnya dari kampung akhirat bukan bernilai pendidikandan peringatan lagi.
Menyangkut hal ini, salah seorang sahabat pernah bertanya kepada Rasulullahsaw, "Ya Rasulullah, pesankan sesuatu kepadaku yang akan berguna bagikudari sisi Allah." Nabi saw lalu bersabda, "Perbanyaklah mengingatkematian, maka kamu akan terhibur dari (kelelahan) dunia, dan hendaklahkamu bersyukur. Sesungguhnya bersyukur akan menambah kenikmatan Allah,dan perbanyaklah doa. Sesungguhnya kamu tidak mengetahui kapan doamu akanterkabul." (HR Ath-Thabrani)
Ingat pada kematian akan membuat manusia punya kendali. Pangkal darilupa dan keserakahan sebenarnya bermula dari sini, tidak ingat akan mati.Yang dibayangkan bagaimana bisa hidup lebih lama, bersenang-senang lebihbanyak, dan dapat menghabiskan waktunya untuk bersuka-ria dengan leluasa.Kalau ada jatah, bahkan minta umurnya lebih lama hingga seribu tahun!
Yang serakah bertambah keserakahannya, yang rakus semakin rakus danyang zhalim semakin bertambah-tambah kezhalimannya. Kecenderungan ke arahsana dimiliki oleh siapa saja, lebih terkhusus oleh mereka yang lupa akanal-maut.
Rasulullah saw bersabda, "Cukuplah maut sebagai pelajaran (guru)dan keyakinan sebagai kekayaan." (HR Ath-Thabrani) Seandainya kematianini telah dipetik sebagai pendidik (guru) hati manusia secara otomatisakan terkendali. Kecurangan, kerakusan, kesombongan dan berbagai bentukpenyakit hati yang bersarang di dada akan dibunuh oleh takutnya pada mati.
Sebagus apapun rupa, pada akhirnya akan binasa. Secantik bagaimanapunistri yang kita miliki, anak yang kita sayangi, perhiasan dan istana yangada, semua akan ditinggalkan juga. Semuanya akan diakhiri oleh kematian.
Karena hukum pastinya ini Nabiyullah yang mulia saw mengingatkan agardalam pergaulan kita tidak mudah tertipu oleh bayang-bayang. Kita tidakdiperbolehkan memvonis seseorang itu baik atau jahat, beruntung atau celaka.Karena kunci dari semua itu adalah pada ujung perjalanannya.
"Janganlah kamu mengagumi amal seorang sehingga kamu dapat menyaksikanhasil akhir kerjanya." (Ath-Thusi Ath-Thabrani)
Boleh jadi kita sering heran. Tidak jarang orang yang kelihatan baik-baik,rajin beribadah dan bershiyam Ramadhan meninggal dalam keadaan bermaksiat.Sementara di sisi lain kita juga menjumpai kasus yang tidak masuk akal,karena orang yang semula kita katakan brengsek, suka mengganggu lingkungan,bahkan dalam kalkulasi kita tidak pernah ada bayangan bakal mencium bausyurga sekalipun, justru mengakhiri hidupnya dengan husnul-khatimah.
Tapi kasus seperti itu bukan untuk membuat kita ragu dan plin-plan.Pegangan hidup harus jelas. Menegakkan kepribadian Islam sama sekali tidakboleh surut dengan menyebarkan nilai-nilai al-Qur'an dan hadits untuk dirikita dan lingkungan. Karena Allah tetap Maha adil. Kalau Dia memutuskanuntuk memberi hidayah terhadap seseorang, maka tentulah ada dari seseorangitu nilai yang baik yang layak sebagai landasan pemberian petunjuk itu.Ketentuan dan kehendak Allah di luar kaidah apapun yang dikenal manusia,hanya saja Dia menunjukkan cara yang bisa dipahami, misalnya dengan kaidahsebab-akibat.
Semua itu terjadi karena kehendak Allah terhadap makhluk-Nya agar sunnah-Nyadipelajari, direnungkan, dan dihayati apa makna-maknanya. Dan yang terpentingagar kita dijauhkan dari akhir kehidupan yang rugi dan sia-sia, suul-khatimah.Marilah kita ingat sekali lagi, bahwa kita akan mati, dan mungkin sajaitu terjadi besok pagi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar