Minggu, 06 November 2011

HARI RAYA AIDIL ADHA DI PERUMNAS BALER-BALER AGUNG NEGARA-BALI 1432 HIJRIAH


Bambang Sudijono dengan hewan korbannya
Hari raya Kurban atau yang biasa disebut juga hari raya ‘Idhul Adha kembali menjelang di tengah kita. Hal ini berarti bahwa Allah telah memberikan umur atau usia hingga saat ini. Kita patut bersyukur karena Ia telah memberikan umur panjang hingga bisa menemui kembali hari raya yang satu ini. Semoga dengan momentum ini kita bisa memahami Makna Idhul Adha dengan sebenarnya
Dalam sejarah Islam kia masih ingat bagaimana tegarnya Nabi Ibrohim menerima perintah dari Allah maha besar Allah. Perintah untuk menyembelih seorang anaknya yang sangat ia sayangi yaitu Nabi Ismail. Sebuah ujian Allah yang menurut saya sangat luar biasa besar. Perlu keimanan dan ketaqwaan yang teguh dan dalam untuk melaksanakan perintah Allah yang satu ini. Ismail adalah anak yang selama diimpikan karena bertahun-tahun berumah tangga Nabi Ibrohim tidak dikaruniai seorang anakpun. Setelah besar menginjak remaja, Ismail harus disembelih atas perintah Allah SWT.
Sesepuh Takmir Masjid Alhijrah (dari kiri: Yusuf Subianto, Ir. Tunggal, H. Sholeh Zuhroni, H.Surja Abdul Jalil,S.Ag.MM dan Ustaz Samsul Arifin setelah beraksi memotong hewan korban di Masjid Al-Hijrah Perumnas Baler-Bale Agung Negara Bali )
Tapi Ibrohim adalah manusia taqwa dan manusia beriman. Maka perintah Allah harus dilaksanakan. Ismail sebagai pihak kurban juga memiliki sifat yang sama, sabar dan taat pada perintah Allah dan tunduk pada orang tua. Alangkah mulianya dua manusia ini. Rela berkorban. Dihilangkan nafsu manusiawi untuk mendapatkan keredhoaan dari Allah Swt. Saya tidak akan menuturkan di sini bagaiman proses pelaksanaan korban. Tapi saya ingin berbagi pada kita semua khususnya Umat Muslimin Perumnas Baler Bale Agung Negara Bali dan Umat Islam di seluruh Dunia bahwa betapa pentingnya pengorbanan dalam setiap perjuangan. Belajar perlu berkorban uang, tenaga dan pikiran. Untuk sukses dalam bisnis perlu berkorban waktu dan modal agar apa yang kita cita-citakan bisa diraih. Berkorban waktu maksudnya adalah mengesampingkan kegiatan yang kurang bermanfaat dan dialihkan menjadi kegiatan yang lebih. Manfaat seperti belajar bisnis dari orang yang telah sukses. Untuk sukses menjadi Hamba Allah seperti Nabi Ibrohim dan Nabi Ismail perlu belajar agama dengan baik pada ulama-ulama terprcaya. Untuk menulis artikel ini sayapun telah berkoraban termasuk berkorban waktu fikiran, ya kan? karena ingin sekali menyapa pengunjung setia blog Takmir Masjid kita yang sering atau mungkin ingin melihat-lihat bagaimana pengorbanan anda di hari Raya Kurban kali ini

Allah maha besar, Allah maha besar, Allah maha besar. Tiada Tuhan yang patut disembah kecuali Allah. Allah maha besar dan milik Allah segala pujian.
Mengenai berkoraban saya ingin mencoba merelis beberapa hadis bagaimana sebenarnya berkorban itu, tapi ini adalah kutipan dari beberapa hadis,
Hadis Sahih Bukhari No. 1643 Jilid 4 Topik adalah Korban
1643, Dari Barra' r.a., katanya: Nabi saw. berkata: "Hal pertama yang kita lakukan pada hari ini adalah solat. Kemudian kita kembali pulang dan menyembelih binatang korban. Siapa yang melakukannya, maka ia telah bertindak sesuai dengan sunnah kita. Siapa yang menyembelih sebelum solat, maka sembelihannya itu hanya berupa daging yang diberikannya kepada para keluarganya, dan tidak ada hubungannya dengan ibadah pengorbanan!" Setelah itu Abu Burdah bin Niyar, yang telah menyembelih binatangnya sebelum solat, berdiri dan berkata: "Saya masih mempunyai seekor kambing muda!" Rasul berkata: "Sembelihlah! tetapi untuk orang lain setelah engkau, hal itu tidak memenuhi syarat."
Hadis Sahih Bukhari No. 1644 Jilid 4 Topik adalah Korban
1644, Dari Anas bin Malik r.a., katanya: Nabi saw. bersabda; "Siapa yang menyembelih sebelum solat ia hanya menyembelih untuk dirinya sendiri. Siapa yang menyembelih setelah solat, maka pengorbanannya telah sempurna dan ia bertindak sesuai dengan sunnah kaum Muslimin."
Hadis Sahih Bukhari No. 1645 Jilid 4 Topik adalah Korban
1645, Dari 'Uqbah bin 'Amir al-Juhani r.a., katanya: Nabi saw. membahagi-bahagikan binatang korban kepada para sahabatnya. 'Uqbah sendiri hanya memperoleh seekor kambing muda. Ia berkata: "Ya Rasulullah, saya hanya mendapat seekor kambing muda." Rasul menjawab: "Berkorbanlah dengan kambing itu!"
Hadis Sahih Bukhari No. 1646 Jilid 4 Topik adalah Korban
1646, Dari 'Aisyah r.a., Nabi saw. masuk ke tempatnya di Sarif., suatu tempat sebelum sampai ke Mekah, dan ia mendapat haid (menstruasi). Rasul mendapati 'Aisyah menangis. Beliau bertanya: "Kenapa? Apakah engkau mendapat kotoran?" Saya menjawab: "Ya!" Rasul berkata: "Ini adalah suatu hal yang telah ditetapkan Allah atas wanita-wanita anak Adam. Laksanakanlah segala perbuatan haji, tetapi engkau jangan melakukan tawaf di Kaabah!" Setelah kami sampai di Mina, ada yang menghantarkan daging sapi kepada saya. Saya bertanya: "Apa ini?" Orang-orang menjawab: "Rasulullah saw. telah berkorban untuk para isteri beliau dengan seekor sapi."
Hadis Sahih Bukhari No. 1647 Jilid 4 Topik adalah Korban
1647, Dari Anas bin Malik r.a., katanya: Nabi saw. pada Hari Raya Korban bersabda: "Siapa yang menyembelih binatang korbannya sebelum solat hendaklah mengulang kembali!" Lalu ada seorang laki-laki berdiri bertanya: "Ya, Rasulullah, hari ini orang ingin sekali akan daging. " Lalu ia menyebutkan para tetangganya. Katanya lagi: "Saya mempunyai seekor kambing muda yang lebih banyak dagingnya dibandingkan dengan dua ekor kambing lain." Rasul memberi izin kepadanya untuk menyembelih kambing muda itu. Saya tidak tahu apakah izin ini juga berlaku untuk orang lain atau tidak. Setelah itu Rasul pergi kepada dua ekor biri-biri dan menyembelihnya. Orang-orang pergi kepada sekumpulan kambing dan membahagi-bahaginya.
Hadis Sahih Bukhari No. 1648 Jilid 4 Topik adalah Korban
1648, Dari Ibnu Umar r.a., katanya: Rasulullah saw. menyembelih dan berkorban di tempat solat hari raya.
Hadis Sahih Bukhari No. 1649 Jilid 4 Topik adalah Korban
1649, Dari Anas bin Malik r.a., katanya: Rasulullah bersabda: Kamu berkorban dua ekor biri-biri dan saya berkorban dua ekor biri-biri.
Hadis Sahih Bukhari No. 1650 Jilid 4 Topik adalah Korban
1650, Dari 'Uqbah bin 'Amir r.a., kata.nya: Nabi saw. menyerahkan kepadanya sejumlah kambing untuk dibahagi-bahagikan kepada para sahabat beliau sebagai binatang korban. Setelah dibahagi-bahagikan masih tinggal seekor kambing muda. Hal itu saya sebutkan kepada Rasulullah saw. Beliau berkata: "Berkorbanlah engkau dengan kambing itu!
Hadis Sahih Bukhari No. 1651 Jilid 4 Topik adalah Korban
1651, Dari Anas r.a., katanya: Rasulullah saw. pernah berkorban dengan dua ekor biri-biri yang amat bagus. Saya melihat beliau meletakkan telapak kaki beliau di atas rusuk binatang itu sambil menyebut nama Allah dan bertakbir, lalu beliau sembelih dengan tangan beliau sendiri.
Hadis Sahih Bukhari No. 1652 Jilid 4 Topik adalah Korban
1652, Dari Salamah bin al-Akwa' r.a., katanya: Nabi saw. bersabda: "Siapa di antara kamu yang berkorban, janganlah ada yang masih tinggal dagingnya di rumahnya setelah tiga hari!" Pada tahun berikutnya, orang-orang bertanya: "Ya, Rasulullah, akan kami lakukankah sebagaimana yang telah kami lakukan tahun yang lalu?" Rasul menjawab: "Makanlah daging itu, berikanlah sebahagiannya kepada orang lain dan simpanlah sebahagiannya. Tahun yang lalu manusia dalam keadaan kesusahan, dan aya bermaksud kamu membantu mereka."
Hadis Sahih Bukhari No. 1653 Jilid 4 Topik adalah Korban
1653, Dari Abu 'Ubaid r.a., ia pernah beraidul adha dengan 'Umar bin Khattab r.a. Ia solat sebelum berkhutbah, lalu berpidato kepada orang ramai: "Hai manusia, Rasulullah saw. telah melarang kamu berpuasa pada dua hari raya ini. Yang pertama adalah hari raya di mana kamu berbuka setelah berpuasa. Yang kedua pada hari kamu makan daging binatang sembelihan korban mu. " Selanjutnya Abu 'Ubaid berkata: "Setelah itu saya pernah berhari raya dengan 'Uthman bin 'Affan. Hari itu adalah hari Jumaat. Ia solat setelah itu berkhutbah: "Hai manusia, pada hari ini terdapat dua hari raya. Siapa dari kamu penduduk luar kota yang ingin menunggu di sini sampai solat Jumaat, boleh menunggu. Siapa yang ingin pulang sekarang, saya beri izin." Abu 'Ubaid selanjutnya berkata: "Kemudian saya berhari raya dengan 'Ali bin Abi Thalib. Ia solat, setelah itu berkhutbah. Dalam khutbahnya, ia berkata: "Rasulullah saw. melarang kamu makan daging korban mu setelah tiga hari."

Sabtu, 13 Agustus 2011

Kewajiban berpuasa dalam bulan Ramdhan

"Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan bagi kamu berpuasa sebagaimana telah diwajibkan bagi orang-orang sebelummu, agar kamu bertakwa" [Al Baqarah:183]

Keutamaan berpuasa:

"Diriwayatkan dari Sahl bin Saad r.a katanya: Rasulullah s.a.w bersabda: Sesungguhnya di dalam Surga itu terdapat pintu yang dinamakan Ar-Rayyan. Orang yang berpuasa akan masuk melalui pintu tersebut pada Hari Kiamat kelak. Tidak boleh masuk seorangpun kecuali mereka. Kelak akan ada pengumuman: Di manakah orang yang berpuasa? Mereka lalu berduyun-duyun masuk melalui pintu tersebut. Setelah orang yang terakhir dari mereka telah masuk, pintu tadi ditutup kembali. Tiada lagi orang lain yang akan memasukinya" [Bukhari-Muslim]

"Diriwayatkan dari Abu Said al-Khudri r.a katanya: Rasulullah s.a.w bersabda: Setiap hamba yang berpuasa di jalan Allah, Allah akan menjauhkannya dari api Neraka sejauh perjalanan tujuh puluh tahun" [Bukhari-Muslim]

Keutamaan bulan Ramadan

Hadis riwayat Abu Hurairah ra.: Bahwa Rasulullah saw. bersabda: Apabila tiba bulan Ramadan, maka dibukalah pintu-pintu surga, ditutuplah pintu neraka dan setan-setan dibelenggu Nomor hadis dalam kitab Sahih Muslim: 1793
Wajib berpuasa Ramadan jika melihat hilal awal Ramadan dan berhenti puasa jika melihat hilal awal Syawal. Jika tertutup awan, maka hitunglah 30 hari
Hadis riwayat Ibnu Umar ra.:
Dari Nabi saw. bahwa beliau menyebut-nyebut tentang bulan Ramadan sambil mengangkat kedua tangannya dan bersabda: Janganlah engkau memulai puasa sebelum engkau melihat hilal awal bulan Ramadan dan janganlah berhenti puasa sebelum engkau melihat hilal awal bulan Syawal. Apabila tertutup awan, maka hitunglah (30 hari)
Nomor hadis dalam kitab Sahih Muslim: 1795

Larangan berpuasa satu atau dua hari sebelum bulan

Hadis riwayat Abu Hurairah ra., ia berkata:
Rasulullah saw. bersabda: Janganlah engkau berpuasa satu atau dua hari sebelum Ramadan, kecuali bagi seorang yang biasa berpuasa, maka baginya silakan berpuasa
Nomor hadis dalam kitab Sahih Muslim: 1812

Dilarang puasa pada hari raya:

"Diriwayatkan dari Abu Said al-Khudri r.a katanya: Aku pernah mendengar Rasulullah s.a.w bersabda: Tidak boleh berpuasa pada dua hari tertentu, iaitu Hari Raya Korban (Aidiladha) dan hari berbuka dari bulan Ramadan (Aidilfitri)" [Bukhari-Muslim]

Bersahur (makan sebelum Subuh) itu sunnah Nabi:
"Diriwayatkan daripada Anas r.a katanya: Rasulullah s.a.w bersabda: Hendaklah kamu bersahur karena dalam bersahur itu ada keberkatannya" [Bukhari-Muslim]

Berbuka di waktu maghrib:
"Diriwayatkan daripada Umar r.a katanya: Rasulullah s.a.w telah bersabda: Apabila datang malam, berlalulah siang dan tenggelamlah matahari. Orang yang berpuasa pun bolehlah berbuka" [Bukhari-Muslim]
Ketika kita berpuasa, kita dilarang berkata kotor, mencaci, atau berkelahi. Hal ini untuk menempa diri kita agar memiliki akhlak yang terpuji:
"Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a katanya: Rasulullah s.a.w bersabda: Apabila seseorang daripada kamu sedang berpuasa pada suatu hari, janganlah berbicara tentang perkara yang keji dan kotor. Apabila dia dicaci maki atau diajak berkelahi oleh seseorang, hendaklah dia berkata: Sesungguhnya hari ini aku berpuasa, sesungguhnya hari ini aku berpuasa" [Bukhari-Muslim]

Puasa yang sia-sia:

"Dari Abu Hurairah ra: katanya Rasulullah saw berabda: "Barang siapa tidak meninggalkan ucapan dusta dan berbuat jahat (padahal dia puasa), maka Allah tidak butuh ia meninggalkan makan dan minum" [Bukhari]

Jika kita berpuasa, tapi kita berkata dusta atau menyakiti orang lain, maka sia-sialah puasa kita.
Dilarang bersetubuh pada saat berpuasa:

"Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a katanya: Seorang lelaki datang menemui Rasulullah s.a.w lalu berkata: Celakalah aku wahai Rasulullah s.a.w. Rasulullah s.a.w bertanya: Apakah yang telah membuatmu celaka?

Lelaki itu menjawab: Aku telah bersetubuh dengan isteriku pada siang hari di bulan Ramadan.
Rasulullah s.a.w bertanya: Mampukah kamu memerdekakan seorang hamba? Lelaki itu menjawab: Tidak.

Rasulullah s.a.w bertanya: Mampukah kamu berpuasa selama dua bulan berturut-turut?
Lelaki itu menjawab: Tidak.

Rasulullah s.a.w bertanya lagi: Mampukah kamu memberi makan kepada enam puluh orang fakir miskin? Lelaki itu menjawab: Tidak. Kemudian duduk. Rasulullah s.a.w kemudiannya memberikan kepadanya suatu bekas yang berisi kurma lalu bersabda: Sedekahkanlah ini.
Lelaki tadi berkata: Tentunya kepada orang yang paling miskin di antara kami. Tiada lagi di kalangan kami di Madinah ini yang lebih memerlukan dari keluarga kami.

Mendengar ucapan lelaki itu Rasulullah s.a.w tersenyum sehingga kelihatan sebahagian giginya. Kemudian baginda bersabda: Pulanglah dan berilah kepada keluargamu sendiri" [Bukhari-Muslim]

Bangun dari junub tidak membatalkan puasa:
"Diriwayatkan daripada Aisyah dan Ummu Salamah r.a, kedua-duanya berkata:: Nabi s.a.w bangkit dari tidur dalam keadaan berjunub bukan dari mimpi kemudian meneruskan puasa" [Bukhari-Muslim]

Bersyukur kepada Allah

Add caption
Bersyukur artinya berterimakasih kepada yang memberi nikmat/hadiah kepada kita melalui hati yang tulus, dengan pujian secara lisan, dan perbuatan yang menyenangkan si pemberi nikmat tersebut.
Jika kita mendapat kurnia dari Allah, hendaklah kita ucapkan “Alhamdulillah” (segala puji bagi Allah).
Ada empat perkara, barangsiapa memilikinya Allah akan membangun untuknya rumah di surga, dan dia dalam naungan cahaya Allah yang Maha Agung. Apabila pegangan teguhnya  “Laailaha illallah”. Jika memperoleh kebaikan dia mengucapkan  “Alhamdulillah”, jika berbuat salah (dosa) dia mengucapkan  “Astaghfirullah” dan jika ditimpa musibah dia berkata  “Inna lillahi wainna ilaihi roji’uun.” (HR. Ad-Dailami)
Jika kita bersyukur/berterimakasih atas nikmat Allah, niscaya Allah akan menambah nikmatNya kepada kita. Jika tidak, maka kita akan disiksa olehNya:
“Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.”  [Ibrahim 7]
“Mengapa Allah akan menyiksamu, jika kamu bersyukur dan beriman ? Dan Allah adalah Maha Mensyukuri lagi Maha Mengetahui. “ [An Nisaa’ 147]
Mengapa kita harus bersyukur kepada Allah?

وَاللَّهُ أَخْرَجَكُمْ مِنْ بُطُونِ أُمَّهَاتِكُمْ لا تَعْلَمُونَ شَيْئًا وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالأبْصَارَ وَالأفْئِدَةَ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ

“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.” (QS. An Nahl: 78)
“Dan Dialah yang telah menciptakan bagi kamu sekalian, pendengaran, penglihatan dan hati. Amat sedikitlah kamu bersyukur” [Al Mu’minuun 78]
Coba kita renungi diri kita. Siapakah yang telah menciptakan kedua mata kita? Kedua telinga kita? Mulut kita? Kaki dan tangan kita? Allah bukan? Mengapakah kita tidak mau bersyukur?
Sekedar untuk membeli frame dan lensa saja bisa habis jutaan rupiah. Mata kita tentu nilainya jauh di atas itu. Mengapa kita tidak bersyukur?
Saat orang sakit jantung, dia bisa menghabiskan ratusan juta rupiah untuk mengobatinya. Bukankah kita seharusnya bersyukur kepada Allah yang telah memberikan jantung kepada kita secara Cuma-Cuma?
Jika kita amati orang tua kita, anak-anak kita, istri kita, semua itu Allah yang menciptakan.
Begitu pula dengan bumi dan langit beserta seluruh isinya.
“Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” [An Nahl 18]
Oleh karena itulah Luqman menasehati anaknya untuk bersyukur kepada Allah:
“Dan sesungguhnya telah Kami berikan hikmat kepada Luqman, yaitu: “Bersyukurlah kepada Allah. Dan barangsiapa yang bersyukur (kepada Allah), maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan barangsiapa yang tidak bersyukur, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji.”  [Luqman 12]
Untuk bersyukur kepada Allah, hendaknya kita mengucapkan Alhamdulillah sebagaimana hadits yang di atas.
Ucapkan juga dzikir kepada Allah:
“Barangsiapa pada pagi hari berdzikir: Allahumma ashbaha bii min ni’matin au biahadin min khalqika faminka wahdaka laa syariikalaka falakal hamdu wa lakasy syukru.”
(Ya Allah, atas nikmat yang Engkau berikan kepada ku hari ini atau yang Engkau berikan kepada salah seorang dari makhluk-Mu, maka sungguh nikmat itu hanya dari-Mu dan tidak ada sekutu bagi-Mu. Segala pujian dan ucap syukur hanya untuk-Mu)
Maka ia telah memenuhi harinya dengan rasa syukur. Dan barangsiapa yang mengucapkannya pada sore hari, ia telah memenuhi malamnya dengan rasa syukur.” (HR. Abu Daud no.5075, dihasankan oleh Syaikh Abdul Qadir Al Arnauth dalam tahqiqnya terhadap kitab Raudhatul Muhadditsin)
“Dari Ibnu Abbas Radhiallahu’anhuma, ia berkata: Ketika itu hujan turun di masa Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam, lalu Nabi bersabda: ‘Atas hujan ini, ada manusia yang bersyukur dan ada yang kufur nikmat. Orang yang bersyukur berkata: ‘Inilah rahmat Allah’. Orang yang kufur nikmat berkata: ‘Oh pantas saja tadi ada tanda begini dan begitu’” (HR. Muslim no.243)

وَأَمَّا بِنِعْمَةِ رَبِّكَ فَحَدِّثْ

“Dan nikmat yang diberikan oleh Rabbmu, perbanyaklah menyebutnya” (QS. Adh Dhuha: 11)
Hendaknya kita bekerja demi Allah:
“Para jin itu membuat untuk Sulaiman apa yang dikehendakinya dari gedung-gedung yang tinggi dan patung-patung dan piring-piring yang (besarnya) seperti kolam dan periuk yang tetap (berada di atas tungku). Bekerjalah hai keluarga Daud untuk bersyukur (kepada Allah). Dan sedikit sekali dari hamba-hambaKu yang berterima kasih. “ [Saba’ 13]
Nabi kerap shalat begitu lama untuk bersyukur kepada Allah. Beliau sering shalat malam/tahajjud dan juga shalat dhuha:
“Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam biasanya jika beliau shalat, beliau berdiri sangat lama hingga kakinya mengeras kulitnya. ‘Aisyah bertanya: Wahai Rasulullah, mengapa engkau sampai demikian? Bukankan dosa-dosamu telah diampuni, baik yang telah lalu maupun yang akan datang? Rasulullah besabda: ‘Wahai Aisyah, bukankah semestinya aku menjadi hamba yang bersyukur?’” (HR. Bukhari no.1130, Muslim no.2820)
Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
“Seorang mukmin itu sungguh menakjubkan, karena setiap perkaranya itu baik. Namun tidak akan terjadi demikian kecuali pada seorang mu’min sejati. Jika ia mendapat kesenangan, ia bersyukur, dan itu baik baginya. Jika ia tertimpa kesusahan, ia bersabar, dan itu baik baginya” (HR. Muslim no.7692)
Hendaknya kita bertakwa kepada Allah. Artinya menjalankan setiap perintah Allah dan menjauhi larangan Allah:

وَلَقَدْ نَصَرَكُمُ اللَّهُ بِبَدْرٍ وَأَنْتُمْ أَذِلَّةٌ فَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ

“Sungguh Allah telah menolong kamu dalam peperangan Badar, padahal kamu adalah (ketika itu) orang-orang yang lemah. Karena itu bertakwalah kepada Allah, supaya kamu mensyukuri-Nya” (QS. Al Imran: 123)
Salah cara untuk mensyukuri nikmat Allah adalah dengan berterima kasih kepada manusia yang menjadi perantara sampainya nikmat Allah kepada kita. Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
“Orang yang tidak berterima kasih kepada manusia, berarti ia tidak bersyukur kepada Allah” (HR. Tirmidzi no.2081, ia berkata: “Hadits ini hasan shahih”)
Oleh karena itu, mengucapkan terima kasih adalah akhlak mulia yang diajarkan oleh Islam. Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
“Barangsiapa yang diberikan satu kebaikan kepadanya lalu dia membalasnya dengan mengatakan: ‘Jazaakallahu khayr’ (semoga Allah membalasmu dengan kebaikan), maka sungguh hal itu telah mencukupinya dalam menyatakan rasa syukurnya” (HR. Tirmidzi no.2167, ia berkata: “Hadits ini hasan jayyid gharib”)
Senantiasa Qana’ah atau merasa cukup atas nikmat yang telah Allah berikan:
“Jadilah orang yang wara’, maka engkau akan menjadi hamba yang paling berbakti. Jadilah orang yang qana’ah, maka engkau akan menjadi hamba yang paling bersyukur” (HR. Ibnu Majah no. 4357, dishahihkan Al Albani dalam Shahih Ibni Majah)
Lakukan Sujud Syukur:
“Dari Abu Bakrah Nafi’ Ibnu Harits Radhiallahu’anhu ia berkata: Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam biasanya jika menjumpai sesuatu yang menggemberikan beliau bersimpuh untuk sujud. Sebagai ungkapan rasa syukur kepada Allah”(HR. Abu Daud no.2776, dihasankan oleh Al Albani dalam Irwa Al Ghalil)
Berdo’alah:
Allahumma a’inni ‘ala dzukrika wa syukrika wa huni ‘ibadatika
“Ya Allah aku memohon pertolonganmu agar Engkau menjadikan aku hamba yang senantiasa berdzikir, bersyukur dan beribadah kepadamu dengan baik”